![]() |
Candi Borobudur |
Di tengah pandemi seperti ini, traveling menjadi hal yang tidak mudah dilakukan. Banyaknya destinasi wisata yang tutup, serta kondisi pandemi yang belum juga membaik, membuat sebagian orang lebih memilih menunda liburannya. Tapi, tak jarang, karena rasa jenuh terlalu lama di rumah, sebagian orang tetap berlibur. Tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan.
Seperti yang saya lakukan beberapa waktu yang lalu,
mengunjungi Candi Borobudur di tengah pandemi. Situs yang diakui sebagai
keajaiban dunia itu selalu menarik untuk dikunjungi. Awalnya saya berkunjung ke
Purworejo. Tempat yang asri dengan julukan Kota Pensiun.
Setelah menginap sehari di sana, hari berikutnya saya hendak
pulang ke Semarang. Namun di tengah jalan, saya melihat papanisasi yang
mengarahkan ke Candi Borobudur. Di lampu merah, saya sedikit bernostalgia.
Kiranya terakhir kali ke Borobudur 6 tahun silam ketika kelas XI SMA. Waktu
yang cukup lama namun tetap lekat dalam ingatan.
Saya memutar balik arah sepeda motor menunuju Candi
Borobudur. Kebetulan waktu itu masih pagi, dan saya rasa tidak akan sampai
malam jika saya melanjutkan perjalanan pulang ke Semarang. Dulu, saat ke
Borobudur, saya menggunakan bus bersama rombongan dari sekolah. Pemandangan
yang saya lihat sebatas satu sisi, di kanan atau kiri jendela bus. Tapi kali
ini, saya menggunakan sepeda motor.
Saya baru sadar, ternyata tidak hanya kawasan Candi
Borobudur saja yang indah. Namun jalan menuju Borobudur juga tidak kalah
eksotisnya. Hamparan persawahan dengan padi-padi yang masih hijau terasa sejuk
dipandang. Jalan yang naik turun menjadi trek menarik untuk berkendara. Apalagi
bagi orang yang hidup jauh dari pegunungan.
Baca juga: Danau Beko, Spot Foto Landscape Menarik di Tegal
Setidaknya 30 menit dari Tugu Borobudur, saya sampai di
pintu gerbang Candi Borobudur. Halaman yang luas, rimbun, dan tidak terlalu
ramai menyambut saya. Beberapa turis masih terlihat di area Borobudur.
Berbelanja, berswafoto, dan layaknya orang menjalani kesehariannya.
Saya memasuki pintu gerbang, menemui satu petugas di pos
penjagaan. Setiap pengunjung dihimbau untuk memakai masker dan menaati protokol
kesehatan. Di samping pintu gerbang juga terdapat banner sebagai himbauan untuk
menghindari Virus Corona. Petugas tersebut memberi tahu, apa saja yang perlu
dilakukan sebelum memasuki kawasan Candi Borobudur.
Saya berjalan perlahan dan menunggu antrian yang tidak
terlalu ramai. Sebelum membeli tiket, petugas akan mengecek suhu tubuh
pengunjung. Kemudian pengunjung di disinfektan, kemudian diwajibkan mencuci
tangan. Setalah semua tahapan itu selesai, pengunjung baru diperbolehkan
membeli tiket. Dan jika ada rombongan pengunjung, maka hanya diperbolehkan satu
orang untuk membeli tiker sebagai perwakilan.
Dengan uang Rp 50.000 kita bisa memasuki kawasan Candi
Borobudur. Rerumputan terlihat lebih hijau, pepohonan yang rimbun serta area
Candi yang bersih dari sampah, rasanya bisa membuat kejenuhan siapapun hilang
seketika. Di taman terdapat peta lokasi wisata apa saja yang bisa kita nikmati
di sana. Mulai dari Museum Candi Borobudur sampai lokasi Candi Borobudur itu
sendiri. Sehingga pengunjung tidak akan kebingungan.
Baca juga: Berkunjung ke Waduk Jatibarang dan Goa Kreo, Wisata Favorit di Kota Semarang
Kursi di taman sekitar Candi juga diberi tanda agar
pengunjung tetap menjaga jarak saat beristirahat. Tidak hanya kursi, jalan
setapak menuju Candi juga diberi tanda agar pengunjung tidak terlalu dekat saat
berjalan beriringan.
Pengunjung waktu itu tidak terlalu ramai, jika dihitung
mungkin hanya puluhan. Beberapa berswafoto di jalan taman yang terlihat lurus,
beberapa lainnya terlihat lelah karena berjalan kaki di siang bolong. Kemegahan
Candi Borobudur sudah terlihat dari taman. Tumpukan bebatuan tanpa perekat
apapun rasanya mustahil menjadi bangunan semegah itu. Tapi inilah keajaiban
dunia.
Ada wajah yang berbeda dari Candir Borobudur. Candi yang paling ujung, entah kenapa ditutupi kelambu putih. Saya tak sempat menanyakan itu, tapi seingat saya dulu kemari tidak ada penutup tersebut. Selain itu, pengunjung juga hanya diperbolehkan naik sampai pelataran Candi. Mungkin ini salah satu upaya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Meski demikian, kita masih bisa mendapatkan spot foto yang menarik dan instagramable.
Admin.
This post have 0 komentar
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100