![]() |
View Waduk Jatibarang Dalam Frame Pagar Besi |
Di Minggu siang yang tak terlalu panas, seorang teman mengajak saya mengunjungi Waduk Jatibarang. Salah satu wisata favorit di Kota Semarang yang lebih familiar dengan Goa Kreo.
Dua wisata ini terletak di Jl. Raya Goa Kreo, Kelurahan
Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Jika dari pusat Kota Semarang
atau Simpang Lima, jarak tempuh ke Goa Kreo 14 km, memerlukan waktu 30 menit
jika menggunakan sepeda motor.
Tiket masuk saat tulisan ini dibuat hanya Rp10.000 harga
yang cukup bersahabat dengan kantong. Di sana, para petugas juga menyediakan
face shield, masker, dan hand sanitizer bagi para pengunjung yang tidak
membawanya.
Saat memasuki gerbang Selamat Datang di Objek Wisata Goa
Kreo, kita akan disambut oleh puluhan monyet. Namun, secara keseluruhan jumlah
mereka lebih dari ratusan, bahkan mungkin ribuan ekor. Saat kita berjalan,
kawanan monyet akan melihat kita dengan lekat, jika kita memberinya satu kacang
saja, monyet-monyet lain akan mendekat.
Monyet di sini sudah tak takut lagi dengan kehadiran manusia.
Sehingga mereka bisa hidup bebas dengan nuansa alami tanpa ada yang memburu.
Selain itu, monyet di sini menjadi ikon tersendiri untuk Wisata Waduk
Jatibarang dan Goa Kreo.
Banyaknya pohon besar di area Waduk Jatibarang dan Goa Kreo,
menjadi tempat favorit bagi monyet untuk bergelantungan. Pemandangan alamiah
yang jarang kita lihat secara langsung. Tak jarang monyet-monyet tersebut duduk
di pagar pembatas menunggu seseorang memberinya kacang. Atau, atap bus
pariwisata dijadikan tempat bermain bagi mereka.
![]() |
Kawanan Monyet di Goa Kreo Menaiki Atap Bus Pariwisata |
Ketika menuju Goa, kita akan disuguhkan pemandangan yang estetik. Waduk Jatibarang yang dikelilingi hutan lebat, serta beberapa perahu dan pemancing. Ada hal menarik ketika saya melihat para pemancing di sini. Jika biasanya pemancing duduk di tepi danau, para pemancing di Waduk Jatibarang justru sekaligus berendam. Hampir setengah badan mereka menyatu dengan air.
![]() |
Dua Pemancing di Waduk Jatibarang Berendam Saat Memancing |
Sorotan sinar matahari menjelang sore, menambah keindahan melalui pantulan cahayanya di permukaan air. Sebelum sampai di Goa, kita akan melewati jembatan yang menjadi spot foto favorit. Panjang jembatan sekitar 100 meter dengan dominan warna merah dan hitam.
Sebelum sampai di jembatan, kita harus menuruni puluhan anak
tangga. Bagi phonegrapher yang berminat ke sini, jangan lupa bawa minum yah.
Karena cukup menguras tenaga saat melewati anak tangga ini.
![]() |
View Waduk Jatibarang Dari Atas Jembatan |
Spot foto dari jembatan juga tak kalah eksotis. Dari sini, Waduk Jatibarang terlihat lebih luas. Apalagi ditambah dengan garis-garis alami yang terbuat dari tebing hutan. Seakan menggambarkan bahwa Waduk Jatibarang terbingkai dengan sempurna.
![]() |
View Jembatan Dari Goa Kreo |
Tak jauh dari jembatan, kita akan sampai di Goa Kreo. Ikonik yang dipercaya sebagai tempat bertapa Sunan Kalijaga. Dinding Goa yang alami, serta rimbunnya hutan, menandakan tempat ini masih terjaga.
![]() |
Goa Kreo Tempat Sunan Kalijaga Bertafakur |
Sejarah Goa Kreo
Goa Kreo dan Waduk Jatibarang kaya akan sejarah. Konon,
dahulu kala salah satu dari Walisongo, yakni Sunan Kalijaga hendak mencari kayu
jati untuk dijadikan tiang Masjid Agung Demak.
Kemudian ia menemukannya di hutan tersebut. Namun, Sunan
Kalijaga menemui kendala. Ia kesulitan membawa kayu jati tersebut. Sehingga ia
bertafakur (meditasi) di goa. Kemudian, datanglah kawanan monyet dengan warna
merah, kuning, hitam dan emas.
Monyet-monyet tersebut membantu Sunan Kalijaga menggulingkan
kayu jati ke danau. Tak disangka, kawanan monyet itu ingin mengikuti Sunan
Kalijaga sampai ke Demak. Tapi Sunan Kalijaga menolak dan mengatakan
"Mangreho" yang berarti jagalah.
Kata "Mangreho" inilah yang kemudian diserap
menjadi kata Kreo. Maksud dari perkataan Sunan Kalijaga di atas adalah, ia
berpesan pada kawanan monyet untuk menjaga kayu jati dan hutan yang ada di
situ. Maka tidak heran, monyet di Goa Kreo menjadi ciri khas tersendiri.
Dikutip dari www.inibaru.id, menurut Mbah Sumar, seorang
pemandu lokal sekaligus juru kunci Goa Kreo menyebutkan, kawasan yang termasuk
wilayah Kreo ini ada hutan, sungai, Goa Kreo, dan Goa Landak. Sedangkan Waduk
Jatibarang baru dibangun pada 2010-2015 karena pada 1991 Semarang pernah
tertimpa musibah banjir bandang yang juga berimbas buruk di wilayah ini.
![]() |
Prasasti Legenda Goa Kreo |
Terlepas dari sejarah di atas, sebagai manusia, sudah sewajarnya kita sama-sama menjaga ciptaan Tuhan. Bahkan di prasasti Goa Kreo tertulis bahwa filosofi dari sejarah Goa Kreo adalah pembelajaran bagi manusia agar menerapkan prinsip hablumminallah, hablumminannas, dan hablumminalalam.
Salam phonegraphy!
Admin.
This post have 0 komentar
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100