![]() |
Flat Lay Fotografi |
Sebagai generasi milenial, sosial media nampaknya tidak bisa lepas dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu media sosial yang paling digemari adalah instagram. Pada rentan waktu Januari-Mei 2020, pengguna instagram di Indonesia terus meningkat.
Pada Januari pengguna instagram mencapai 62,23 juta, Februari 62,47 juta, Maret 64 juta, April 65,7 juta, dan Mei 69,2 juta. Data tersebut berdasarkan rilis dari Napoleon Cat. Salah satu konten menarik di instagram adalah foto dengan pengambilan gambar top down atau biasa disebut Flat Lay.
Dilihat dari segi bahasa, Flat berarti datar, dan Lay meletakkan atau membaringkan. Flat Lay bisa diartikan dengan meletakkan subjek foto pada objek yang datar. Seperti meja, kaca, dan lain sebagainya. Pengambilan angle pada jenis foto ini adalah bird view dengan sudut 90° (top down).
Biasanya, phonegrapher menerapkan jenis foto ini untuk foto makanan, still life, minimalis, dan lain sebagainya. Namun, Flat Lay tidak sesederhana itu loh, phonegrapher harus memperhatikan beberapa hal di bawah ini.
1. Menentukan rasio dan konsep
Sebelum menerapkan Flat Lay, alangkah lebih baik jika phonegrapher mengonsep foto terlebih dahulu. Tentukan Point Of Interest, subjek tambahan seperti pernak pernik, bunga, buku, dan barang-barang menarik lainnya.
Selain itu, Mimin sarankan rasio foto yang digunakan adalah square (persegi) dengan perbandingan 1:1. Tujuannya agar nanti foto tidak di crop, karena sudah sesuai dengan ukuran feed instagram. Namun, jika phonegrapher menginginkan rasio lain, tidak masalah.
2. Memilih background sederhana
Semakin sederhana background untuk Flat Lay, maka foto yang dihasilkan semakin menarik. Phonegrapher bisa menggunakan kain putih atau hitam, kayu bertekstur, batu ubin lantai, dan benda datar lainya. Jika ingin menggunakan background bercorak, usahakan tetap corak yang sederhana.
Phonegrapher juga bisa menyesuaikan background sesuai dengan konsep foto. Entah itu retro, colorfull, atau minimalis.
3. Komposisi
Meski tidak terpacu pada komposisi (dibebaskan), penggunaan komposisi dasar seperti rule of third juga bisa diterapkan. Agar foto lebih simetris dan tertata. Jika phonegrapher menginginkan konsep tak teratur (acak-acakan) usahakan letak subjek dalam foto masih terlihat nyaman untuk dipandang.
Subjek tambahan yang dijadikan hiasan tidak perlu banyak. Lebih sederhana akan lebih estetik. Selain itu, foto akan terlihat lebih balance.
4. Pencahayaan
Faktor terpenting lainnya adalah lighting (pencahayaan). Pada Flat Lay fotografi, pencahayaan yang paling bagus adalah soft lighting (natural). Phonegrapher bisa memanfaatkan cahaya matahari, namun jangan langsung terkena cahaya tersebut. Misalnya mengambil gambar di samping jendela.
Cahaya yang langsung terkena objek akan terlalu tajam dan menghasilkan shadow pada foto. Maka, pencahayaan yang baik adalah cahaya yang berada di belakang objek. Phonegrapher juga bisa menyiasatinya dengan memainkan aperture.
5. Editing
Hal terakhir yang bisa diterapkan phonegrapher adalah mengedit foto Flat Lay. Editing foto sederhana saja, pada bagian cahaya. Mulai dari highlight, contrass, exposure, dan lain-lain. Sebisa mungkin editing tidak terlalu over.
Poin-poin di atas bisa phonegrapher terapkan ketika mencoba Flat Lay fotografi. Kreatifitas phonegrapher juga perlu diterapkan, agar menghasilkan foto yang menarik. Nah, semoga dengan adanya artikel ini, phonegrapher tidak bingung lagi ketika hunting Flat Lay fotografi.
Salam phonegraphy!
Admin.
This post have 0 komentar
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100