Apresiasi Karya Bukan Pada Repost Semata

author photo Juni 20, 2020
Foto: pixabay.com

Akhir-akhir ini Mimin sering mendapat Direct Message (DM) dengan isi permintaan reposting foto. Mimin apresiasi, barangkali itu memang antusiasme phonegrapher. Tapi, yang membuat Mimin ingin menuliskan ini adalah ketika orang yang mengirim pesan membawa kalimat "fotoku kurang bagus yah, makannya gak pernah direpost."

Tidak bermaksud menyinggung siapapun, bagi Mimin, kalimat seperti itu tidak sepantasnya diucapkan. Karena secara tidak langsung, kita seperti merendahkan karya diri sendiri. Kenapa demikian? Karena dari kalimat tersebut akan timbul ketidakyakinan, tidak percaya diri, dan insecure.

Lantas, apa yang seharusnya dilakukan? Ketika kita menyadari kekurangan yang ada pada diri sendiri, langkah yang paling tepat adalah menutup kekurangan tersebut. Misalnya, jika kita merasa karya foto yang dihasilkan belum memuaskan, maka pelajarilah kembali. Entah soal teori dasar, peralatan, atau lainnya. Setelah itu, praktikkan berulang-ulang.


Banyak di antara kita yang baru mencoba sekali dua kali sudah down lantaran foto tidak direpost. Padahal banyak phonegrapher lain yang mencoba hampir puluhan foto, baru direpost. Ini menggambarkan bahwa kesenangan pada dunia fotografi masih minim, dengan mengejar repost semata.

Repost bukan jaminan

Untuk menjadi phonegrapher yang berintegritas, kita harus membuang jauh-jauh rasa berpuasa diri. Apalagi jika tolak ukurnya hanya repost semata. Wajar memang, sebagai manusia biasa, kita akan senang jika karya kita diapresiasi. Tetapi, jika kepuasan tersebut membuat kita merasa "cukup" maka tamatlah kita berkarya. Mungkin di sini substansi cukup harus digeser sedikit.

Dalam hal berkarya, alangkah baiknya kita selalu merasa kurang. Dengan demikian, kita akan terus belajar dan berkembang. Phonegrapher bisa melakukannya dengan membuat target-target tertentu. Misalnya, untuk langkah awal, kita bisa menargetkan foto kita direpost akun lokal, kemudian nasional, sampai internasional.


Jika hanya di mulut, tentu hal itu sangatlah mudah. Tapi, jika dipraktikkan, itu adalah tantangan yang cukup besar. Maka, jadikanlah tantangan tersebut sebagai tolak ukur, bahwa kita akan terus berkembang dengan karya.

Selain keahlian (soft skill) dan pemahaman teori, phonegrapher juga harus memiliki mental yang kuat. Mental di sini berarti sikap dewasa entah dalam hal berkarya, atau menyikapi karya orang lain. Sehingga sikap-sikap seperti tidak percaya diri akan hilang, berubah menjadi keingintahuan yang kuat.

Hal ini tentu tidak berlaku pada karya foto saja yah phonegrapher. Tetapi pada karya, hobi, atau hal lain yang sedang kita geluti. Lakukan saja terus menerus, jika kita mencapai target tertentu, maka itulah sejatinya berkarya.

Salam phonegraphy!

Admin

This post have 0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement